Jejak Online







  



Newsletter LEAD Cohort 9

JejakGUMAM
TAMAN DI HATI KITA

Nosi Lestariwati, The Club Store, Jakarta

Setiap hari, dalam perjalanan menuju tempat kerja, saya melewati sebuah komplek perumahan lama. Di kompleks itu ada sebuah lapangan yang kurang terurus. Saya amati secara perlahan lapangan itu mulai berubah menjadi sebuah taman. Sederhana saja, ditanami rumput gajah dan beberapa pohon Angsana, sekelilingnya dipagar dan dicat hijau. Tidak tampak perosotan atau ayunan untuk bermain anak-anak, namun setiap pagi saya lihat anak-anak balita bermain di taman sambil disuapi ibu atau baby sitter. Saya bayangkan, pada hari libur taman itu digunakan warganya untuk berolah raga. Pembuatan taman ini dapat dikatakan dilakukan secara efisien dan efektif, serta sedap dipandang.

Saya kenal seorang bapak yang tinggal di Bogor dan hobi bercocok tanam. Ia sangat pandai memanfaatkan setiap lahan kosong di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya dengan pohon besar kecil dan aneka bunga. Lama-lama warga lain ikut menanam pohon di lahan kosong dengan meminta bibit tanaman darinya. Ketika saya mengunjunginya terakhir kali, bersama beberapa penduduk kampung sekitar, ia tampak sibuk menanami sebuah lahan dengan pohon singkong dan pepaya.

Di tengah meningkatnya tuntutan masyarakat terutama dalam penanganan masalah lingkungan dan semrawutnya tata kota, pemerintah dapat mengajak masyarakat ikut mengelola taman-taman di lingkungannya. Mungkin pemerintah tidak perlu memaksa sebab masyarakat sendiri ingin melakukannya karena manfaatnya untuk mereka juga. Saya tertarik dengan pendapat wali kota Bogor HR Iswara N yang mengatakan: "Penanganan masalah kebersihan, ketertiban dan keindahan (K3) bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi seluruh komponen masyarakat sehingga aparat terkait sebagai ujung tombak dalam penanganan masalah K3 mutlak mendapat dukungan masyarakat." Pejabat ini selain menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat juga memperhatikan kesejahteraan para penyapu jalan dan petugas pembuang sampah. Menggaribawahi kalimat keterlibatan masyarakat, seharusnya hal ini jangan hanya dijadikan slogan melainkan put it into action.

Pemerintah yang memiliki dana khusus dapat bekerja melalui organisasi masyarakat seperti karang taruna atau rukun warga untuk mendidik masyarakat agar peduli pada lingkungan. Saya memiliki keyakinan kegiatan semacam ini dapat terwujud karena kebudayaan masyarakat kita sejak dulu mengenal gotong royong, kerja bakti, arisan warga dan lain sebagainya. Anda pasti ingat pada hari Minggu bapak-bapak kerja membersihkan selokan atau merapikan pohon sementara ibu-ibu menyediakan kue dan minuman ala kadarnya. Pemeliharaan taman oleh warga dan kepedulian lingkungan seorang bapak di Bogor, sebagaimana ilustrasi di atas, merupakan bukti adanya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk berperan bagi lingkungan terdekat. Pada tingkat kesadaran yang lebih tinggi, warga dusun Selelos, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Lombok Barat, NTB, bereaksi keras dengan menyerbu basecamp sebuah perusahaan yang akan menebang pohon-pohon hutan. Apalagi pohon kayu tersebut tumbuh di seputar Makam Bebekek yang dipercaya sebagai makam leluhur.

Pemerintah seharusnya tidak memfokuskan pengelolaan taman-taman kota di jalan-jalan protokol saja melainkan melihat potensi dari taman-taman pendukung di sekitar pemukiman karena lebih dekat dengan para warga dan lebih sering dipergunakan. Pemeliharaan taman-taman pendukung ini juga cenderung lebih baik karena tidak jarang warga yang terlibat langsung mengurus dan mempercantiknya sehingga mereka dapat memanfaatkannya sehari-hari. Coba bandingkan dengan pembongkaran dan pemugaran kawasan Monas yang telah dirancang sejak tahun anggaran 1994/1995, yang sampai saat inipun pembongkarannya belum selesai dan terkesan bongkar pasang. Jadi sementara menunggu pembenahan kawasan Monas yang belum jelas kapan tuntasnya, ayo kita percantik taman-taman di sekitar tempat tinggal kita dan nikmatilah.***