Jejak Online







  



Newsletter LEAD Cohort 9

JejakOPINI
PERUBAHAN, MASIH TANDA TANYA

Chandra Wirman, Konsultan di Jakarta

Kebanyakan manusia memilih untuk tidak berubah, karena perubahan dalam kehidupan akan membawa ketidak nyamanan. Fakta bahwa satu-satunya hal yang samasekali tidak berubah adalah perubahan itu sendiri, menjadikan perubahan menjadi agenda penting dalam kehidupan umat manusia.

Jika anda bergelut di bidang profesional manapun, maka anda akan dituntut untuk terus mengikuti perubahan. Bisnis adalah dunia yang sangat lekat dengan cepatnya perubahan. Bisnis mengubah gaya hidup manusia, bukan hanya manusia pelaku bisnis, tetapi trend yang terjadi di lingkungan bisnis selalu membawa dampak pada pergeseran-pergeseran dogma dalam kehidupan. Cermatilah gaya hidup dan pola pikir yang berkembang di masyarakat dunia sekarang, corak kapitalis merupakan gaya yang paling jamak dalam aktifitas manusia. Dulu (menurut cerita orang-orang tua) kehidupan ada dengan dasar berbagi. Aktifitas ekonomi lebih merupakan sarana untuk saling memperlengkapi bukan merupakan aktifitas mencari untung.

Satu hal lagi yang erat kaitannya dengan perubahan adalah pembangunan, secara terminologi ada seorang pakar yang menjelaskan, pembangunan adalah perubahan terencana untuk memperoleh perikehidupan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Jika anda mencoba mencari akar perubahan yang terjadi dalam masyarakat maka ujung akar yang kita temui adalah prinsip perubahan yang dimaui oleh konsep pembangunan.

Pembangunan membawa banyak perubahan, namun yang jadi sorotan dalam wacana ini adalah bagaimana umat manusia memandang pembangunan tersebut.

Konsep kemiskinan - Sisi buruk pendekatan ekonomi

Di Indonesia, salah satu tujuan pembangunan adalah untuk mengentaskan kemiskinan, tapi sekarang siapa yang mendefinisikan kemiskinan itu sendiri ?

Sebenarnya jika kita mengisolasi suatu daerah dari pengaruh kultur daerah lainnya, maka kemiskinan itu tidak pernah ada. Definisi miskin seratus persen tergantung pada orang yang melihat kondisi sistem masyarakat lain dari sudut pandang sistem masyarakat yang dimilikinya.

Umumnya nama kemiskinan didekatkan dengan perhitungan ekonomi. Salah satu parameter kemiskinan adalah besarnya pendapatan, besarnya tabungan dan besarnya konsumsi energi sistem masyarakat. Lalu yang yang jadi pertanyaan adalah apakah perlu bagi kita untuk memperkenalkan konsep kemakmuran yang kita miliki bagi suatu sistem masyarakat yang menurut kita miskin. Kemiskinan adalah suatu nilai moral, karena kita melihat kondisi suatu masyarakat berdasarkan beban mental individu berupa rasa belas kasihan.

Jika konsep ini diputarbalikkan, dengan tidak membandingkan kondisi suatu sistem masyarakat dengan kondisi masyarakat manapun, apakah kita akan menemui masyarakat yang miskin ? apakah orang yang hidup di tengah-tengah hutan, dan hidup dari mengumpulkan hasil hutan, tidak memiliki pesawat televisi dan tinggal bersama kawanan ternaknya kita anggap keluarga yang miskin ?

Lalu apa sebenarnya tujuan mengentaskan kemiskinan, kalau dilihat dari sudut ekonomi, salah satu jawabannya adalah memperbaiki tingkat pendapatan. Lalu apa tujuan kita meningkatkan pendapatan, meningkatkan daya beli, apa gunanya daya beli yang lebih baik, kemungkinan menjual produk akan lebih besar. Siapa yang paling diuntungkan di sini ? mereka yang menjual, tepatnya kaum bisnis.

Masyakat di seluruh permukaan bumi ini selalu dalam kondisi yang berlapis-lapis, dari segi pendidikan, pendapatan, usia dan sebagainya. Namun ciri menusia yang cenderung hidup berkelompok akan menciptakan commonality berupa habitat yang bernama kota atau desa. Konsep kemiskinan di kota akan jauh berbeda dengan konsep kemiskinan di desa. Jika disamaratakan, maka orang miskin di kota akan menjadi orang kaya di desa, atau sebaliknya.

Kesalahan yang terjadi adalah diperkenalkannya konsep konsumerisme secara merata dan cepat ke dalam berbagai sendi kehidupan manusia. Namun diperkenalkannya nilai-nilai ini tidak pernah diiringi dengan nilai moral mengenai kecukupan dalam hidup. Kemiskinan akan bisa dientaskan dengan menciptakan masyarakat yang bisa berinteraksi secara baik di antara komponen-komponennya, dimana nilai-nilai interaksi itu dikondisikan selalu hidup di dalam masyarakat. Contoh-contoh komuni semacam ini terdapat di beberapa bagian masyarakat di Indonesia, dimana pedagang alat elektronik tidak mampu menjual barangnya.***